ARTI SAHABAT SEJATI

Pagi yang cukup cerah ini aku buka dengan melihat senyuman manis wajahnya walau hanya dibalik sebingkai foto kenang-kenangan SMP.
Aku berjalan dengan perlahan, ku mantapkan hati ini untuk menghadapi Ujian Nasional tingkat SMA hari terakhir, sudah sekitar 6 bulan lebih aku persiapkan semua untuk masa depanku nanti. Dan inilah hari terakhir aku menjawab LJK kosong itu dengan kemampuan maksimalku ini.
Bel pun berbunyi, dengan tenang ku baca dan kupahami semua isi soal itu sampai selesai. Aku baca hamdalah dan aku keluar dengan perasaan yang agak “dag-dig-dug”  Setelah LJK yang tadi ku isi sudah selesai, aku melihat perempuan itu menangis.
"Soniaa" Sapaku dengan sedikit aneh.
"Eh, kamu"
"Kamu kenapa? Apa pantas pemilik wajah yang cantik harus mengeluarkan air mata yang begitu banyak?"
"Kamu gausah gombal, aku lagi sedih nih Mike masuk rumah sakit lagi karena ginjalnya"
            Saat aku mendengar berita itu aku memang turut berduka. Sonia Pandarmawan begitulah nama jelasnya. Dia adalah perempuan yang aku suka semenjak SMP. Tapi sayang, perasaan ini tak pernah tersampaikan karena aku terlalu takut mendengar kata “kita berteman saja ya” atau ”kamu terlalu baik buat aku” darinya. Sampai akhirnya dia berlabuh di hati orang lain.
"Oia, Sonia mau aku temenin jenguk si Mike? Yuk aku juga mau liat keadaan dia'' Hiburku.
"Iya deh yuk makasih ya mau temenin aku"
Setelah sampai di rumah sakit dengan seragam sekolah ini, Sonia tampak sedih lagi. Dengan pasrah kita berdua hanya bisa melihat Mike dari balik pintu karena kondisinya masih kritis.
"Sonia jangan nangis, Mike pasti sembuh kok. Ada aku disini yang selalu nemenin Sonia, kapanpun. Saat suka maupun duka" ucapku.
"Makasih ya, kamu selalu ada buat aku dari SMP sampai sekarang, kamu yang selalu support aku"


Hari mulai berganti, memang setelah UN berakhir 2 hari yang lalu, kegiatan sekolah sudah tidak terlalu banyak. Banyak siswa-siswi yang ke sekolah hanya sekedar melepas penat, bertemu teman-teman lain atau bahkan pacaran, yah hal yang wajar. Tapi berbeda dengan Sonia saat itu.
            "Sonia kenapa? Masih kepikiran Mike ya?" Sahutku.
"Iya aku sayang banget sama Mike, dia udah buat aku bahagia selama ini. Aku nggak mau liat dia gini terus"
"Udah Sonia udah, kita berdoa aja sama Tuhan semoga Mike dikasih kesembuhan. Nanti kalian bisa bahagia lagi deh berdua"
Mike memang belum terlalu mengenal Sonia. Hanya sebulan PDKT, Mike langsung jadian dengan Sonia dan sekarang sudah terhitung hampir 3 tahun semenjak awal masuk SMA, walaupun pada waktu itu hatiku tersayat-sayat. Tapi sebagai sahabat yang setia aku tetap mendukung Sonia.
            Untuk menghibur dirinya, aku mengajak Sonia ke tempat dimana kita berdua sering kunjungi semasa SMP. Memang indah, disana tidak ada siapapun selain kita berdua.

Belum selesai nada dering itu habis, Sonia mengangkat telfonku.
"Haloo ada apa nih?"
            Aku terdiam sejenak beda sekali suaranya ketika di telfon terdengar lebih indah. Ah, mungkin efek dia baru bangun tidur.
            "Haloooooooo ada apaa tumben telfon aku?" Tanya nya kesal.
"Eh iya Soniaa, maaf-maaf tadi ngelamunin kamu dulu sih"
"Apasih kamu ih, ada apa nih pagi-pagi udah telfon?"
"Hmm gini Sonia, mumpung sekarang hari minggu, aku pengin ngajak kamu ke tempat kita dulu sering kesana kamu masih inget kan?"
"Hmm gimana yaa"
"Ayo harus mau, biar kamu nggak sedih kepikiran Mike terus ayo mau ya? Aku jemput jam 7 pagi depan taman biasa? Oke?"

"Hmm iyadeh, aku mandi dulu ya"
"Iyaaa, dandan yang cantik ya Sonia"
"Iyeee cowok tukang gombal" balasanya sambil tertawa

            Dengan motor sport merah ku berinisial “Macan” aku siap menjemput Sonia di taman seperti biasanya.

Rupanya Sonia tepat waktu, dia telah di tempat itu duluan. Aku terbelalak melihat wajahnya yang manis, rambut nya yang terurai panjang dan lesung pipitnya yang menggoda. Dia menggunakan rok hijau selutut dan baju pink yang indah, bagaikan boneka.

Sonia sedang duduk manis rupanya, aku mendekatinya. Di sisi ujung bangku panjang itu, ku hela nafasku hilangkan semua perandaian, sampai sekarang dan selamanya kuingin cintai dirinya selalu.

"Heeei jangan ngelamun dong, yuk jadi kan?" Ucapnya.
"Ayo, aku kangen banget sama tempat itu"
"Iyaa, aku kangen juga nih ke tempat itu"
"Siap boneka manis ku, ayo kita berangkat"

Sonia hanya tersenyum malu, kita berdua berangkat melupakan semua penat yang ada sambil berbincang di jalan. Kurang lebih 2 jam kami sampai di tempat. Iya, ini hanyalah sebuah danau yang jernih airnya dipenuhi pepohonan di sisi danau. Sangat tenang berada disini

“Gimana? Masih sama kaya dulu kan tempat ini ?“ tanyaku.
“Iya nih, nggak ada yang berubah sama sekali, masih indah kayak dulu kita sering kesini“
”Ada satu lagi yang sebenernya nggak berubah”
“Hah? Apa emangnya?”
“Cuma kamu sama aku yang ke tempat ini, nggak ada yang lain”
“Ih kamu bisa aja” balasnya malu.

Sonia hanya tersenyum malu, pipinya memerah, lesung pipitnya terlihat lagi. Aku sangat menyukai tempat ini. Disini aku bisa merasakan bagaimana rasanya berada di sisi orang yang aku sayang dengan dekat dan lebih dalam.
“Oya Sonia, aku belum pernah tahu, apa sih impian kamu selama ini setelah lulus sekolah?” tanyaku tiba-tiba.
“Mau tahu banget ya kamu?”
“Aku serius”
“Sebenernya sih aku pengen jadi dokter, dokter anak pastinya. Aku suka banget anak kecil”
Ternyata impian nya sama mulia denganku, persis malah.
“Kalo kamu ?” tanya Sonia.
“Sama kok kaya kamu, iya dokter tapi dokter umum aja deh biar lebih banyak duitnya. Hhaha..”
“Selalu ya kamu hehe”
“Eh tapi Sonia, sebenernya impian aku berubah semenjak liat kamu. Aku sangat menyayangimu aku cinta kamu, aku lebih memilih membahagiakanmu dulu baru kemudian aku sukses”
Entah sedang kerasukan apa tubuh ini, kalimat-kalimat yang sakral untukku sejak lama tiba-tiba keluar begitu saja dengan mulus dan tanpa kesalahan. Aku malu sebenarnya. Tetapi Sonia hanya diam dan menunduk.
Detik demi detik, menit demi menit, hingga jam berganti, waktu dengan cepatnya aku habiskan semuanya disini. Aku lupakan semua urusan duniaku sejenak. Aku bercanda ria, aku tersenyum, bahkan tertawa sampai dicubit. Itu semua aku lakukan di tempat yang sama dengan suasana yang sama dan orang yang sama.


Setelah sekian lama menunggu hasil pengumuman Ujian Nasional, akhirnya waktu yang ditunggu tiba. Aku dan Sonia mendapatkan nilai yang memuaskan. Aku tampak gembira karena itu akan membantuku saat mencari kuliah nanti.
"Sonia, kita lulus loh nilai aku bagus-bagus nih, kalo kamu gimana ? Seneng kan?" tanyaku.
"Hehe iya selamat ya, aku seneng banget tahu”
“Gimana nilai kamu? Sepuluh semua nggak kaya aku?”
“Hah? Nilai kamu sempurna dong ya? Aku cuman matematika nih yang nggak sepuluh eh, bentar ya”
Sonia mengangkat ponselnya yang berbunyi dan mencari tempat sepi karena disini terlalu ramai dengan suka cita kelulusan.
Tiba-tiba ia berlari ke arahku dengan muka bahagia.
“Mike udah sembuh! Mike udah bisa gerakin tanganya aku seneng banget” Ucapnya.
“Iyaa Soniaa, aku juga ikut seneng kok”
            “Eh, yaudah ayo kita kerumah sakit sekarang. Ayo!”
Hampir 2 bulan lebih Mike tidak sadarkan diri dirumah sakit, setelah pengumuman UN itu aku dan Sonia langsung bergegas ke rumah sakit karena kata Ibu Mike, dia sudah bisa menggerakan tanganya.
"Tante, Mike udah sadaar? Ya Tuhan makasih banget" ucap Sonia.
"Iya Sonia tadi Mike udah sempet bangun malah, tapi disuruh dokter istirahat lagi"
"Tuhkan Sonia, Mike pasti sembuh kok. Udah ya Sonia jangan nangis-nangis lagi. Jelek tahu" Ucapku.
"Iyaa, aku seneng banget orang yang aku sayang sekarang udah bakalan sehat lagi" balasnya tersenyum.
Aku juga senang ketika mendengar Mike sudah siuman dan melihat wajah Sonia kembali ceria. Waktu berganti sangat cepat. Impianku harus ku kejar dari sekarang. Mulai setelah kelulusan SMA waktu itu aku langsung mencari-cari universitas yang sesuai. Sampai akhirnya pencapaianku berhasil. Aku diterima di UI. Ya, universitas yang sangat dikenal orang banyak.
Aku tidak mengabarkan Sonia sama sekali, yang hanya difikiranku saat itu, adalah ingin membahagiakan Sonia hidup bersama Mike lagi tanpa ada aku. Sakit rasanya, tapi aku rela.
Aku disini memulai kehidupan baru sebagai mahasiswa kedokteran di UI. Ya, cukup keren karena jurusan ini memang susah dan selalu banyak saingan setiap tahunnya. Tapi bagiku, semua sudah terlewati. Aku masih di Jakarta, terus menimba ilmu untuk masa depanku kelak. Dan disana Mike masih dalam tahap pemulihan. Ibunda Mike selalu mengabariku setiap saat, apapun yang Mike alami, entah sehat atau kembali kritis lagi. Aku belum sempat menjenguknya kembali karena mahasiswa kedokteran sepertiku ini selalu sibuk.
Akupun memberanikan diri mengambil hp disebelah meja dekat tv. Dengan nomor yang berbeda ku telfon Sonia. Ya sahabat baikku sekaligus orang yang aku dambakan.
"Halo ini siapa ya?" Tanya Sonia serius.
"Ini aku, kamu nggak lupa kan?" Jawabku.
"Siapa sih? Ohhh, yang kemarin-kemarin itu pindah ke Jakarta dan ninggalin aku disini? Makasih, semoga kamu sukses!”
*Tut tut tut tut*
Telfon itupun mati. Entah kenapa, Sonia marah sampai seperti itu kepadaku. Keadaan mulai berbeda saat ini, aku akan di wisuda. Ya walau hanya 3 tahun. Ah, 3 tahun tidak terasa. Yang biasanya jurusan ini ditempuh 6 tahun, tapi mungkin karena kejeniusanku ini, hanya 3 tahun aku bisa selesaikan semuanya. Di sana pun Sonia dan Mike sudah hidup bahagia. Aku sudah siap menyongsong hidup menjadi orang sukses.


Kabar buruk menimpa Mike lagi. Ternyata ginjal Mike yang satu-satunya itu harus rusak lagi. Ia berhenti menjadi atlit lari semenjak SMA karena ia mendonorkan satu ginjalnya kepada orang lain. Sungguh mulia.
Akhirnya aku kembali ke Bandung dan mencoba berbicara langsung dengan Mike di rumah sakit.
            "Lo kenapa sih? Masih aja dipaksain Mike,Gue nggak mau liat sahabat gue nangis lagi gara-gara lo nya gini terus" Ucapku.
"Maaf ya, gue emang nakal, gue emang gini. Gue minta titip Sonia buat gue ya sob, gue tau lo sahabatnya dari SMP, lo pasti bisa jaga dia" balasnya lemas.
"Nggak, lo harus sembuh. Gue mau liat lo berdua bahagia kaya dulu lagi"
            Aku berbicara dengan dokter, memang kondisinya sudah parah. Mike membutuhkan pendonor yang ginjalnya masih sehat agar Mike bisa hidup normal lagi.
"Dokter, kenapa lagi sama Mike dok? Cerita dok" Ucap Sonia saat aku sedang berbicara dengan dokter.
"Sabar ya nak, Mike nggak apa-apa kok. Cuman kecapekan, sabar kamu harus tenang"
Aku langsung menarik Sonia keluar dari ruangan. Ku tenangkan dia, ku usap air mata nya, ku tarik lesung pipitnya agar ia tersenyum walau harus terpaksa.
"Sonia kamu sayang Mike banget kan? Jawab " tanyaku.
"Iya, aku nggak mau kehilangan Mike. Aku sayang banget sama dia " balasnya.
"Aku janji bakal buat kalian bahagia selamanya, aku janji " ucapku lagi.
Setelah janji itu, aku pergi dari Sonia.
Pagi itu cerah. Sekarang Mike sudah sehat dan bisa berjalan lagi. Ginjalnya sudah sehat dan sudah lengkap. Setelah itu Sonia datang dengan wajahnya yang sumringah melihat kekasihnya kembali seperti orang biasa. Tetapi tidak dengan Mike.
"Aku bangga dengan sahabatmu.." ucap Mike dengan raut wajah sedih.
"Siapa? Dia? Dia kemarin memang datang dan ngobrol gitu sama dokter, emang dia kenapa sih?”
"Baca ini, aku malu dengan dia yang bisa menghargai hidup orang lain. Sedangkan aku sendiri tidak "ucap Mike sambil memberikan sebuah surat.

Hai Sonia, hai sahabat ku yang selama ini aku sayang  Oya, makasih ya buat waktunya pas kita ke danau. Itu adalah hal terakhir yang paling indah yang pernah aku lakuin sama kamu. Aku nggak mau ya lihat kamu nangis dan sedih lagi. Aku mau kamu hidup bahagia sama Mike. Aku masih ingat janjiku ke kamu, “Sebelum masa depanku tercapai, aku ingin buat orang yang aku sayang bahagia terlebih dahulu”. Sekarang aku udah lakuin itu semua buat kamu dan Mike. Dua ginjal ku yang sehat ini sudah ada di tubuh Mike. Kalau kamu rindu sama aku, pergi aja ke tempat favorit kita. Tempat terakhir aku bisa ngobrol lepas sama kamu. Mungkin disana rindumu akan berkurang. Tapi, anggap aku masih ada ya? Walau hanya dalam kenangan yang indah. Selamat tinggal Sonia

Sonia tergeletak, ia kembali meneteskan air matanya. Mike yang masih sedikit lemas mencoba menenangkan Sonia yang tersungkur lemas.
            "Dia laki-laki yang baik, kamu beruntung mempunyai sahabat sepertinya Sonia " ucap Mike.
"Dia sahabat terbaik aku, dia rela dampingin aku dalam keadaan apapun. Saat sedih maupun bahagia, dia selalu ada buat aku, bahkan saat kamu sakit selama ini..” balasnya sambil menangis.
Mike hanya tersenyum. Ia kembali lagi menjadi manusia yang utuh dan hidup bahagia dengan Sonia.
Dan aku pun baru mengerti, mencintai seseorang adalah sebuah karunia Tuhan. Menjaganya adalah pengorbanan dan menyayanginya adalah keteguhan. Sonia akan menangis bahagia melihatku mencapai impianku, membahagiakannya walau harus menjemput maut..
“Apa yang kita dapatkan akan membuat kita hidup. Tetapi, apa yang kita berikan akan membuat sebuah kehidupan..”


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment